Dharmasraya sumbar
Wedding & Prewedding Pasaman Barat
Friday, October 21, 2016
Wednesday, March 16, 2016
POR BPR SE SUMBAR
Posted by: Koto fotography 16
Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan lomba jalan santai dan malam hiburan dendang kim.
“Iven ini juga untuk memupuk semangat sportivitas di kalangan insan
BPR se-Sumbar. Dengan semangat kebersamaan, akan meningkatkan
pertumbuhan BPR di Sumbar,”
Disisi lain pertumbuhan 99 BPR di Sumbar dari tahun ke tahun cukup positif,
Pertumbuhan positif ini tentu berkat dukungan dari warga Sumbar. Sebagai
lembaga keuangan berbasis rakyat, hingga kini BPR tetap bertahan dalam
berbagai goncangan ekonomi nasional .
POR BPR SE SUMBAR di Pesisir Selatan Painan
Tuesday, March 15, 2016
SEJARAH PT. BPR SAN
Posted by: Koto fotography 16
Tentang SEJARAH PT. BPR SWADAYA ANAK NAGARI
Tentang SEJARAH PT. BPR SWADAYA ANAK NAGARI
SEJARAH
SINGKAT PT. BPR SWADAYA ANAK
NAGARI
Latar belakang berdirinya PT. BPR
Swadaya Anak Nagari
adalah merupakan ide yang
timbul dari pemuka
Masyarakat Desa Bandarejo,
pada masa itu kecamatan Pasaman
Barat, yang terdiri
dari beberapa Nagari,
yang pada umumnya
telah berdiri suatu
lembaga keuangan pedesaan
yang diberi nama
dengan ” Lumbung Pitih Nagari ”
yang dalam permodalannya
dibantu oleh Pemda,
dan setelah berjalan
beberapa tahun lembaga
keuangan pedesaan yang
ada hampir di
setiap Kanagarian pada
umumnya banyak yang tidak
jalan, dikarnakan pengurusan
Manajemennya yang kurang
baik,
Dan pada
saat itu timbul
ide dari pemuka
masyarakat desa Bandarejo
untuk mendirikan suatu
lembaga keuangan, sebagaimana
didaerah lain, maka
pada tahun 1985
dibentuklah suatu lembaga
keuangan yang diberinama
dengan ” LUMBUNG
PITH NAGARI BINA SWADAYA
BANDARJO ” yang ber
anggotakan sebanyak 44
orang yang permodalannya 100% swadaya yang terdiri darai
3 orang pengurus yaitu : Ketua, Sekteraris dan Bendahara.
Kemudian setealah
berjalan kurang lebih
5 tahuan LPN
Bina Swadaya Bandarejo
pada tahun 1990,
mengajukan perubahan Nama
menjadi suatau lembaga keuangan
yang diberi nama
dengan ” BPR LPN BINA
SWADAYA BANDAREJO dan pada
tanggal 25 Oktober
1990 BPR LPN
Bina Swadaya mendapat
persetujuan Izin Prinsip
dari Menteri Keuangan
dengan Surat keputusan
Menteri Kuangan RI No.
KEP.464/KM-13/1990, dengan berkembangnya BPR
maka perlu suatu
Badan hukum dalam
lembaga Keuangan dan
pada tahun 1997,
keluarlah suatu ketetapan
Badan Hukum yang
disahkan oleh Meteri
Kehakiman RI dengan Surat
Keputusan Menteri Kehakiman
RI No. C2.12.010.HT.01.01
TAHUN 1997, dengan
perubahan nama menjadi
PT.BPR-LPN BINA SWADAYA BANDAREJO ”
Untuk mengilangkan image
bahwa BPR menbawa nama
suatu kedaerahan ,
maka pada tahun
2005 megajukan perubahan
nama dan pada tanggal
17 pebruari 2005
berubah menjadi ” PT.BPR
SWADAYA ANAK NAGARI ” yang
disahkan dengan Keputusan
Menteri Hukum dan
Ham RI No. C-04008 HT.01.04.TH.2007 sampai
sekarang dengan perubahan
Akta terakhir No. 28
tanggal 29 Februari
2010 Notaris SYAMSUHARDI
SH Notaris di
Padang, terakhir perubahan Akta No.
47 tgl 29 Mei 2012
dan disyahkan
oleh Meteri Hukum
dan HAM RI No. AHU-AH.01.10-26319,
tanggal 18 Juli 2012.
jurnal manajemen
JURNAL
PENELITIAN
PENGARUH
PENERAPAN SAK-ETAP DALAM LAPORAN KEUANGAN
TERHADAP
PENGAKUAN BIAYA DAN PENDAPATAN
PADA PT BPR SWADAYA ANAK NAGARI
OLEH:
FITRI YANI
1011609
SEKOLAH
TINGGI ILMU EKONOMI YAYASAN PASAMAN
OPHIR
LUHAK NAN DUO PASAMAN BARAT
2013
PENGARUH
PERLAKUAN AKUNTANSI SAK-ETAP
TERHADAP
PENGAKUAN BIAYA DAN PENDAPATAN YANG DI SAJIKAN KEDALAM LAPORAN KEUANGAN DI PT
BPR SWADAYA ANAK NAGARI (SAN)
FITRI YANI
Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi ( STIE ) Yayasan Pendidikan Pasaman ( YAPPAS )
Jln. Pujarahayu,
Ophir. 26368 Email : fitri_yani040976@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi atas pendapatan dan
biaya perusahaan dengan standar akuntansi yang berlaku serta bagaimana
pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Perlakuan akuntansi yang dimaksud dalam
penelitian ini hanya mengenai pengakuannya saja. Alat analisis yang digunakan ialah
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yaitu
mengenai pengakuan pendapatan dan biaya pada laporan keuangan. Dari penelitian
yang telah penulis lakukan diperoleh hasil bahwa perlakuan akuntansi terhadap
pendapatan PT BPR Swadaya Anak Nagari belum sepenuhnya sesuai dengan standar akuntansi
keuangan, namun untuk perlakuan akuntansi terhadap biaya sudah sesuai dengan
standar akuntansi keuangan. Begitu juga mengenai jumlah yang disajikan di dalam
neraca dinilai lebih rendah karena adanya pendapatan yang seharusnya diakui di
Tahun 2011 agar mencerminkan pendapatan yang sebenarnya, tetapi diakui
perusahaan pada Tahun 2012.
Kata kunci: Perlakuan Akuntansi,
Pengakuan Pendapatan, Pengakuan Biaya, SAK ETAP, Laporan Keuangan.
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum
semua perusahaan baik itu perusahaan industri, dagang maupun jasa, tentu memiliki
tujuan sama yaitu memperoleh keuntungan pada tingkat tertentu. Untuk memudahkan
perusahaan dalam memperoleh keuntungan, pihak manajemen memperoleh informasi
berkaitan dengan tujuan yang hendak diraih maka diperlukan beberapa pengetahuan
dan alat yang efektif. Salah satu pengetahuan dan alat yang dimaksud adalah akuntansi.
Menurut Gade dan
Wasif (2005 : 6) yang dikutip dari keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.
01/1991, menyatakan akuntansi sebagai “proses pengumpulan, pencatatan, penganalisaan,
peringkasan, pengklasifikasian dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu kesatuan
ekonomi untuk menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan
yang berguna untuk pengambilan keputusan”. Sebagaimana telah diketahui bahwa
analisis akuntansi atas pendapatan dan biaya merupakan dua hal yang sangat
berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan, dimana pendapatan merupakan
suatu hasil yang diperoleh dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya merupakan alat
yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan. Pada dasarnya setiap
perusahaan mempunyai tujuan utama yang sama yaitu memperoleh keuntungan yang
maksimum dari kegiatan operasi perusahaannya. Pemimpin perusahaan yang
bijaksana akan selalu berusaha untuk meningkatkan pendapatan dan berusaha untuk
menekan biaya seefisien mungkin agar diperoleh laba yang ditargetkan lebih dulu
bahkan melebihi target yang lebih ditetapkan. Untuk memperoleh laba yang
akurat, maka arus pendapatan dan biaya harus diterapkan dengan baik. Akuntansi
pendapatan dan biaya tersebut harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum untuk menghasilkan laporan keuangan yang relevan bagi semua
pihak, bagi pihak-pihak didalam perusahaan sendiri maupun bagi pihak-pihak
diluar perusahaan yang berkepentingan atas informasi tersebut.
Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2007 : 23.2) pendapatan adalah “arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila
arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal.”
FASB (Financial
Accounting Standard Board) mendefinisikan biaya sebagai arus keluar aktiva,
penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau kombinasi keduanya selama suatu
periode yang disebabkan oleh pengiriman barang atau pembuatan barang,
pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan
utama perusahaan.
Perlakuan
akuntansi atas pendapatan dan biaya akan mempengaruhi penyajian laporan keuangan.
Jika perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dan biaya berpedoman pada
prinsipprinsip akuntansi yang lazim dalam hal ini adalah SAK ETAP, maka
penilaian laporan keuangan akan mencerminkan suatu penilaian yang wajar.
Tetapi, bila ternyata perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dan biaya tidak
dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, maka laporan
keuangan akan menghasilkan suatu penilaian yang understated (dilaporkan
terlalu rendah) atau overstated (dilaporkan terlalu tinggi). PT. BPR SAN
merupakan sebuah perusahaan penyedia jasa tenaga Perbankan.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian yang penulis kemukakan didalam latar belakang penelitian ini, maka yang
menjadi pokok permasalahan adalah apakah perlakuan akuntansi pendapatan dan
biaya PT BPR SAN telah sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP.
C. Tujuan
Sesuai dengan
perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk membandingkan
perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dan biaya yang diterapkan PT BPR SAN
dengan perlakuan akuntansi terhadap pendapatan dan biaya menurut SAK ETAP.
II. Tinjauan
Teoritis
A. Dasar
Teoritis
Mursyidi (2003:
11) menyatakan bahwa “Akuntansi (accountancy) berasal dari akar kata to
account yang salah satu artinya adalah ‘menghitung’. Secara teknis,
akuntansi diartikan sebagai proses pencatatan (recording),
pengklasifikasian (classifying), peringkasan (summarizing)
transaksi keuangan yang diukur dalam satuan uang, serta pelaporan (reporting)
hasil-hasilnya. Dalam pengertian ini termasuk didalamnya proses perhitungan.” Dari
pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Akuntansi adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi yang bersifat keuangan dan melaporkan informasi
ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas
bagi mereka yang akan menggunakan informasi tersebut serta menginterpretasikan
hasil laporan tersebut.
Kemudian dalam
prakteknya, sebagai akibat perkembangan teknologi yang cepat dan pertumbuhan
ekonomi yang pesat, telah timbul berbagai bidang spesialisasi akuntansi, salah satu
diantaranya adalah akuntansi keuangan yang akhir dari prosesnya menghasilkan
laporan keuangan.
Yadiati dan
Wahyudi (2006:10) mendefinisikan Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)
merupakan bidang
akuntansi yang berkaitan dengan bagaimana pencatatan dan penyusunan
laporan keuangan
dari satu kesatuan unit usaha yang berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima umum. Dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan adalah suatu
bidang akuntansi yang kegiatannya khusus mengolah informasi keuangan suatu
perusahaan yang hasil kegiatannya itu ditujukan kepada penyusunan berbagai
laporan sebagai informasi bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan.
Karakteristik
akuntansi keuangan yang antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pemakai
informasi. Informasi akuntansi keuangan menyajikan informasi keuangan terutama
untuk pihak eksternal perusahaan (kreditur, pemerintah, investor, serikat pekerja,
dan lain-lain).
b. Dasar
penyajian informasi. Informasi akuntansi keuangan disajikan berdasarkan
prinsipprinsip
akuntansi yang
diterima umum.
c. Fokus
informasi. Informasi akuntansi keuangan menggambarkan tentang posisi keuangan
dan kemampuan perusahaan secara keseluruhan sebagai kesatuan unit produksi.
d. Orientasi informasi.
Informasi akuntansi keuangan hanya mencakup data masa lalu.
e. Ketepatan
informasi. Informasi yang disajikan akuntansi keuangan lebih tepat karena periode
penyusunan informasi akuntansi keuangan relative lebih panjang.
Hasil dari
kegiatan dalam akuntansi keuangan adalah laporan keuangan. Dari laporan keuangan
diperoleh informasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan perusahaan.
Definisi laporan
keuangan menurut Baridwan (2004 : 17) “Laporan keuangan adalah ringkasan dari
suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan
yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, dibuat oleh manajemen dengan tujuan
untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik
perusahaan dan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak
diluar perusahaan.” Kegiatan membuat laporan keuangan mempunyai tujuan untuk
menyediakan informasi mengenai perusahaan, menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(2009: 2) “Tujuan laporan
keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.” Pada dasarnya tujuan dari laporan keuangan
adalah untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan
digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan
laporan keuangan suatu badan usaha adalah para pemegang saham atau pemilik perusahaan
dan calon pemegang saham, kreditur dan calon kreditur, serta pemerintah.
Baridwan (2004 :
5) mengungkapkan bahwa informasi keuangan akan bermanfaat bila memenuhi
karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu sebagai berikut :
(1) Relevan, Suatu
informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya, setidaknya dipilih
metode-metode pengukuran dan pelaporan akuntansi keuangan yang akan membantu
sejauh mungkin para pemakai dalam pengambilan jenis-jenis keputusan yang
memerlukan penggunaan data akuntansi keuangan. Bila informasi tidak relevan untuk
keperluan para mengambil keputusan,
informasi demikian tidak ada gunanya, betapapun kualitas-kualitas lainnya
terpenuhi.
(2) Dapat
dimengerti, Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan
dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para
pemakai.
(3) Daya uji, Informasi
harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen
dengan
menggunakan metode pengukuran yang sama. Pengukuran tidak sepenuhnya lepas dari
pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal ini berhubungan
dengan keterlibatan manusia di dalam
proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingg proses tersebut tidak lagi
berlandaskan pada realita obyektif yangsemata.
(4) Netral, Informasi
harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak bergantung pada
kebutuhan dan
keinginan pihak-pihak tertentu.
(5) Tepat waktu,
Informasi harus disajikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar
untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk
menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
(6) Daya banding,
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun
dengan laporan
keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.
(7) Lengkap, Informasi
akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi
secukupnya enam tujuan kualitatif di atas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai
dalam laporan keuangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
menyajikan informasi yang berkualitas/bermanfaat mengenai aktiva, kewajiban dan
modal, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban, serta informasi kinerja
seperti kebijakan-kebijakan perusahaan dalam laporan neraca, laporan laba/rugi,
laporan perubahan posisi keuangan, serta laporanlaporan lainnya yang
dibutuhkan. Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam akuntansi dan laporan
keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian
harus dapat diakui dan diukur agar dapat menyajikan informasi yang relevan.
Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan (2009 : 15) menyebutkan tentang
pengakuan sebagai berikut “Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu proses yang
memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca dan laba rugi. Pengakuan
dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah
uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi
kriteria tersebut harus diakui dalam neraca ataupun laporan laba rugi.
Kelalaian untuk mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui
pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan maupun melalui catatan atau
materi penjelasan.” Pengakuan juga merupakan penentuan suatu saat transaksi
harus dicatat dan untuk itu harus sesuai dengan karakteristik kualitatif
laporan keuangan seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2009 :
19) menyatakan bahwa karakteristik tersebut
adalah dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan menyebutkan Pos yang memenuhi
definisi suatu unsur harus diakui jika :
a) Ada
kemungkinan bahwa manfaaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir
dari atau kedalam perusahaan; dan ,b) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya
yang dapat diukur dengan andal.
Adapun konsep
Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi antara lain: a. konsep matching, untung/rugi
selama jangka waktu tertentu harus ditentukan dengan mencocokkan pendapatan dan
keuntungan dengan biaya-biaya dan kerugian yang berhubungan dengan periode atau
jangka waktu tersebut, b. sifat pengukuran mengacu kepada sifat-sifat aset dan
kewajiban yang harus diukur untuk tujuan Akuntansi Keuangan.Sifat-sifat yang
harus diukur yakni: nilai setara kas yang diharapkan atau diperkirakan
diperoleh atau dibayarkan, relevansi aset, kewajiban dan investasi terbatas
pada akhir periode Akuntansi, kemampuan aset, kewajiban dan investasi terbatas
untuk direvaluasi, sifat pengukuran alternatif tetapi nilai setara kas. Pendapatan
merupakan hal yang penting dalam operasi suatu perusahaan, karena didalam melakukan
suatu aktivitas usaha, perusahaan akan mengharapkan laba yang dipengaruhi oleh pendapatan
dari aktivitas tersebut. Pendapatan juga merupakan faktor untuk menjamin kelangsungan
hidup dan sekaligus merupakan ukuran keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan
operasinya.
Permasalahan
utama didalam akuntansi dalam hal pendapatan menentukan saat pengakuan pendapatan.
Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir
ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Pada dasarnya ada dua pendekatan
terhadap konsep pendapatan didalam akuntansi, yaitu : pendekatan yang memusatkan
perhatian pada arus masuk dari asset yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional
perusahaan, dan pendekatan yang memusatkan perhatian pada penciptaan barangdan
jasa tersebut kepada konsumen atau produsen lain.
Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2009 : 5-7) mendefinisikan pendapatan sebagai berikut “Pendapatan
adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan
ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.”
Pendapatan yang
diperoleh perusahaan diklasifikasikan sebagai berikut : a. Hasil operasi,
adalah semua hasil yang diterima perusahaan yang ada hubungannya langsung
dengan kegiatan operasi utama perusahaan.b. Hasil non operasi, adalah hasil
yang diterima perusahaan di luar hasil operasi utama dan tidak berhubungan
dengan operasi utama perusahaan. Biaya merupakan elemen yang terdapat di suatu
perusahaan yang sangat perlu diperhatikanoleh pihak manajemen agar dapat
mengendalikan sehingga tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai yaitu
memperoleh laba sebesar mungkin dengan cara menekan biaya serendahmungkin.
Jusuf (2002 :
24) mendefinisikan biaya adalah harga pokok barang yang dijual dan jasa-jasa yang
dikonsumsi untuk menghasilkan pendapatan.
Sedangkan
menurut Mulyadi (2005 : 8) mendefinisikan biaya sebagai berikut “Biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan
terjadi untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan dalam arti sempit biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.”
Dari definisi
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa biaya memiliki empat unsur yaitu :
1. Pengorbanan
sumber ekonomi
2. Diukur dalam
satuan uang
3. Telah terjadi
atau kemungkinan akan terjadi
4. Untuk
mencapai tujuan tertentu
Adapun
kalsifikasi biaya menurut carter dan usry (2006 : 40) didasarkan hubungan antara
biaya dengan, dijelaskan sebagai berikut :
“1.Berdasarkan
hubungannya dengan produksi, beban/biaya terbagi kepada :
a. Biaya
pabrikase/biaya produksi (factory cost),yang meliputi biaya bahan langsung,
upah, dan overhead pabrik.
b. Beban
komersial, yang dapat dibagi menjadi beban pemasaran dan penjualan, beban umum
dan administrasi.
2. Berdasarkan
hubungannya dengan volume produksi, biaya terbagi atas:
a. Biaya variable,
secara umum biaya ini mempunyai ciri-ciri perubahan jumlah total dengan
proporsi yang sama dengan perubahan volume, dapat dibebankan kepada departemen
operasional dengan cukup mudah. Contoh : biaya tenaga kerja langsung, biaya
bahan langsung.
b. Biaya tetap,
biaya yang secara total tidak berubah dalam rentang relevan ketika tingkat output
aktivitasnya berubah”. Rentang relevan adalah rentang tertentu yang mana
hubungan biaya tetap yang diasumsikan masih berlaku. Ciri-cirinya adalah jumlah
keseluruhan yang tetap dalam jenjang keluaran yang relevan, penurunan biaya per
unit bila volume bertambah dalam jenjang yang relevan, dapat dibebankan kepada
departemen-departemen berdasarkan keputusan manajemen atau menurut metode
alokasi biaya, dan lain-lain. Contoh : beban penyusutan peralatan, beban
asuransi, beban reparasi, dan lain-lain.
c. Biaya semi
variable, yakni biaya yang mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dalam
rentang keluaran yang relevan dan sebagian tetap dalam rentang keluaran yang
relevan dan bagian lainnya bervariasi sebanding dengan perubahan jumlah output.
Misalnya : biaya listrik yang digunakan untuk penerangan cenderung menjadi
biaya tetap, karena berapapun jumlah output yang dihasilkan penerangan akan
tetap diperlukan namun besarnya tenaga listrik yang digunakan untuk
mengoperasikan peralatan akan bervariasi sesuai dengan pemakaian peralatan
tersebut.
3. Berdasarkan
hubungannya dengan departemen pabrikase, biaya terbagi atas :
a. Biaya
langsung dan biaya tidak langsung departemen. Jika biaya yang berasal dari
suatu departemen dapat segera diidentifikasi terhadap departemen tersebut, maka
disebut biaya langsung. Contoh : biaya bahan langsung dan tenaga kerja
langsung. Jika suatu biaya dipikul bersama oleh beberapa departemen yang
mengambil manfaat dari terjadinya biaya tersebut, maka dinamakan biaya tidak
langsung/ biaya bersama. Contoh : beban sewa gedung atau beban penyusutan
gedung.
b. Biaya bersama
dan biaya gabungan. Biaya bersama adalah biaya yang berasal dari penggunaan
fasilitas atau jasa oleh dua operasi atau lebih, seperti gaji direktur
pemasaran merupakan biaya bersama bagi wilayah tertentu jika segmen tersebut
hanya menekankan pada pemasaran didaerah tertentu. Biaya gabungan terjadi bila
proses produksi pasti akan menghasilkan lebih dari satu jenis produk, contoh
:industri pengepakan daging, industri perminyakan, danlain-lain.
4. Berdasarkan
hubungannya dengan periode akuntansi,biaya terbagi atas :
a. Pengeluaran
modal (capital expenditure), dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat
dalam periode-periode mendatang dan dicatat sebagai aktiva ini akan masuk dalam
arus beban bila digunakan atau habis masa manfaatnya. Contoh : biaya perawatan
mesin dimana biaya ini dapat menambah masa manfaat mesin tersebut.
b. Pengeluaran
pendapatan (revenue expenditure). Pengeluaran ini member manfaat dalam
periode berjalan dan dicatat sebagai beban. Contoh beban : beban reparasi mesin
yang tidak menambah masa manfaat mesin.” Kriteria pengakuan pendapatan akan
membantu dalam mengevalusi informasi pendapatan apakah memiliki nilai perkiraan
dan umpan balik pada saat yang sama dan disampaikan pada waktu yang tepat.
Informasi tersebut membantu pemakai menilai kebenaran proses informasi akuntansinya.
Menurut
Niswonger, at. al (2005 :15) dalam buku Prinsip-Prinsip Akuntansi
mengemukakan kriteria pendapatan sebagai
berikut :
“a. Hendaknya
disesuaikan dengan syarat dalam kontrak penjualan dengan pelanggan dan
hendaknya sependapat mungkin didasarkan pada bukti yang objektif.
b. Pada beberapa
perusahaan khususnya dalam bidang perdagangan eceran, umumnya penjualan
dilakukan dengan sistem angsuran (Installment Method). Dalam sistem penjualan
angsuran, pembeli membayar sejumlah uang muka dan sisanya akan dibayar dengan
jumlah tertentu dalam beberapa kali angsuran.” Menurut Standar Akuntansi
Keuangan, pendapatan pada umumnya diakui pada saat realisasinya, yaitu : “
“a. Pendapatan
diakui pada saat selesainya produksi.
b. Pendapatan
diakui secara proporsional selama tahap produksi.
c. Pendapatan
diakui pada saat pembayaran diterima.
d. Pendapatan
dari penjualan konsinyasi.”
Dalam menetapkan
laba bersih atau rugi perusahaan secara berkala, akan melibatkan masalah
pendapatan yang
diakui pada periode itu dan biaya yang terpakai yang harus dialokasikan kedalam
periode itu. Karena dalam menghitung laba rugi perusahaan selalu dihadapkan dengan
masalah pengakuan pendapatan, maka perlu adanya penentuan dalam suatu periode akuntansi
tertentu saat kapan pendapatan itu diakui atau dalam periode mana pedapatan tersebut
diakui.
Sedangkan
ketentuan-ketentuan umum mengenai pendapatan yang diakui saat realisasinya,lam
Standar Akuntansi Keuangan yang diterapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Penjualan
Barang
Pendapatan dari
penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi :
a. Perusahaan
telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat
kepemilikan barang kepada pembeli.
b. Perusahaan
tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang
dijual.
c. Jumlah
pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
d. Besar
kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir
kepada perusahaan tersebut.
e. Biaya yang
terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat
diukur dengan andal.
2. Penjualan
Jasa
Bila hasil suatu
transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada
tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil suatu transaksi
dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi :
a. Jumlah
pendapatan dapat diukur dengan andal.
b. Besar
kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh
perusahaan.
c. Tingkat
penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal.
d. Biaya yang
akan terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
3. Bunga,
royalti dan deviden
Pendapatan harus
diakui dengan dasar sebagai berikut :
a. Bunga harus
diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil
efektif aktiva
tersebut.
b. Royalti harus
diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang
relevan.
c. Dalam metode
biaya (cost method), deviden tunai harus diakui bila hak
pemegang saham
untuk menerima pembayaran ditetapkan.”
Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2007 : 23) yaitu
Penyajian Laporan Keuangan, bahwa pengakuan biaya adalah sebagai berikut: “Biaya
diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang
berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva. Beban diakui dalam laporan
laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos
penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut
pengaitan biaya
dengan pendapatan (matching of cost with revenues) ini melibatkan pengakuan
penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang menghasilkan secara
langsung dan bersama-sama dan transaksi atau peristiwa lain yang sama. Beban
diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis.
Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan
aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, dan merk dagang. Beban segera
diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat
ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak
memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca
sebagai aktiva. Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul
kewajiban tanpa adanya pengakuan aktiva, seperti apabila timbul kewajiban
akibat garansi produk.” Menurut metode persentase penyelesaian, perusahaan akan
mengakui pendapatan dan beban sesuai dengan tingkat kemajuan penyelesaian
kontrak dan tidak menunggu sampai kontrakselesai. Jumlah pendapatan didasarkan
pada ukuran tertentu dari kemajuan penyelesaian kontrak. Pengakuan ini
memerlukan suatu taksiran-taksiran mengenai biaya-biaya yang masih harus
dikeluarkan dan laba yang akan diakui selama periode pembangunan dibebankan pada
persediaan bangunan dalam pelaksanaan. Jika suatu perusahaan memproyeksikan
suatu kerugian atas kontrak sebelum penyelesaian jumlah seluruh kerugian harus
segera diakui.
Menurut SAK ETAP
(2009:118) , “Jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan jasa dapat
diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan yang
berhubungan dengan transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian dari transaksi
pada akhir periode pelaporan (terkadang
dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian).
Entitas
melakukan penelaahan dan (jika perlu) mengubah estimasi pendapatan dan biaya
saat transaksi jasa berlangsung. Entitas harus menentukan tingkat penyelesaian
dari suatu transaksi atau kontrak dengan menggunakan metode yang dapat mengukur
dengan andal sebagian besar pekerjaan yang dilaksanakan. Metode yang mungkin
meliputi:
(a) proporsi
biaya yang terjadi dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai sekarang
dibandingkan dengan total estimasi biaya. Biaya yang terjadi dari pekerjaan
yang telah diselesaikan sampai sekarang tidak termasuk biaya yang berhubungan
dengan aktivitas masa depan, seperti bahan baku atau pembayaran di muka;
(b) survei atas
pekerjaan yang telah diselesaikan; atau
(c) penyelesaian
proporsi fisik dari transaksi jasa atau kontrak kerja. Entitas harus mengenali
biaya yang berhubungan dengan aktivitas masa depan atas transaksi atau kontrak,
misalnya bahan baku atau pembayaran di muka, sebagai
suatu aset jika
biaya tersebut memiliki kemungkinan besar untuk dipulihkan. Biaya seperti itu
menandakan suatu jumlah yang terutang dari pelanggan dan tergolong sebagai
pekerjaan yang sedang berjalan. Entitas harus secepatnya mengakui sebagai beban
atas semua biaya yang tidak
mungkin
dipulihkan. Jika ada kemungkinan bahwa harga perolehan kontrak akan melebihi
jumlah pendapatan kontrak, maka ekspektasi kerugian harus segera diakuisebagai
beban.”
Didalam SAK ETAP
(2009:118) juga dikatakan :
“Hasil suatu
transaksi dapat diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut:
(a) Jumlah
pendapatan dapat diukur secara andal;
(b) Ada
kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan
mengalir kepada entitas;
(c) Tingkat
penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal;
dan
(d) Biaya yang
terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat diukur secara
andal.”
Metode Penelitian
Data yang
dipakai dalam penelitian ini adalah data yang manual yaitu data yang dikerjakan
oleh perusahaan itu sendiri. Untuk menunjang pembahasan terhadap masalah yang dikemukakan
di atas, maka data-data yang diperlukan meliputi:
1. Gambaran umum
PT BPR SAN
2. Struktur
Organisasi PT BPR SAN
3. Rincian Pendapatan
dan Biaya PT BPR SAN Tahun 2011-2012
4. Neraca dan
Laporan Laba Rugi PT BPR SAN Periode 2011-2012
5. SAK ETAP 2009
Objek Penelitian
Objek penelitian
adalah PT. BPR SAN yang berlokasikan di Jalan Lintas Simpang Emapt Manggopoh ,
Pasaman Barat Penelitian dibatasi pada pekerjaan yang dikerjakan pada periode
E. Teknik
Pengumpulan Data
Dalam usaha
memperoleh data yang diperlukan, dipergunakan tehnik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Field Work
Research (Penelitian Lapangan).
Yaitu
mengumpulkan data secara langsung kepada yang menjadi objek penelitian untuk
melihat dari dekat perusahaan tersebut dengan menggunakan metode:
a. Observasi (Pengamatan),
dalam hal ini penulis mengumpulkan data secara langsung mengenai kegiatan perusahaan tersebut.
b. Dokumentasi,
dalam hal ini penulis mengumpulkan data dengan membuat salinan terhadap data
atau informasi yang dibuat sendiri oleh perusahaan.
2. Library
Research (Penelitian Kepustakaan).
Yaitu menghimpun
data dari berbagai sumber teori dan informasi yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data sekunder dengan cara
mempelajari berbagai buku-buku referensi atau literature dan buku-buku lainnya
serta dengan membaca artikel-artikel di internet yang ada hubungannya dengan
penelitian ini, guna memperoleh dasar-dasar teori dan informasi-informasi yang
berkaitan dengan pembahasan penelitian.
F. Alat Analisis
Dalam SAK ETAP
(2009 : 118) dijelaskan “Jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan jasa dapat diestimasi secara andal,
maka entitas harus mengakui pendapatan yang berhubungan dengan transaksi sesuai
dengan tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan
(terkadang dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian).”
Pada SAK ETAP
disajikan secara konsep, penjelasan lebih lengkap rumus metode persentase
penyelesaian
diambil dari buku Akuntansi Intermediate Jilid 3 (Kieso, et al. (2002
: 11)),
sebagai berikut
:
Tabel I
A Rumus untuk
Persentase Penyelesaian, Dasar Biaya terhadap Biaya (cost to cost basis)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Biaya yang terjadi
tanggal ini
|
.=
|
Persentase
penyelesaian
|
|||||||
|
Estimasi paling akhir
total biaya selesai
|
|||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel. I
. B Rumus Total
Pendapatan yang akan diakui sampai tanggal ini
Estimasi Total
Pendapatan ( atau laba
Persentase
Penyelesaian X Pendapatan (atau =
Kotor) yang akan diakui
Laba Kotro ) Sampai
Tanggal ini
|
Tabel. I
C Rumus Jumlah
Pendapatan Periode Berjalan, Dasar Biaya terhadap Biaya (costto cost basis)
Pendapatan (
atau Pendapatan (
atau Laba Pendapatan (atau
Laba Kotor
Yang akan – Kotor) yang diakui dalam =
laba Kotor) periode
Diakui sampai
tanggal ini Periode
sebelumnya Berjalan
|
III. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Pada teori telah
disajikan bahwa menurut SAK ETAP jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan
jasa dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus mengakui pendapatan yang
berhubungan
dengan transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode
pelaporan (dimaksudkan sebagai metode persentase penyelesaian). Hasil suatu
transaksi dapat diestimasi secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut:
(a) Jumlah
pendapatan dapat diukur secara andal;
(b) Ada
kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis yang berhubungan dengan transaksi akan
mengalir kepada entitas;
(c) Tingkat
penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur secara andal; dan
(d) Biaya yang
terjadi dalam transaksi dan biaya penyelesaian transaksi dapat diukur secara andal
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa setelah diterapkan SAK-ETAP maka:
1) Asset PT BPR SAN lebih Kecil
2) Pendapatan yang diterima ril yang diterima saat waktu berjalan yang
berhubungan dengan pemberian yang memakai jangka waktu
3) Biaya yang dikeluarkan sesuai dengan pembiayaan yang dilakukan dan jangka
waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki.
2004. Intermediet Accounting, Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama, BPFE,
Yogyakarta.
Carter, Wiliam K
dan Milton F. Usry. 2006. Akuntansi Biaya, Edisi Ketigabelas, Buku I,
Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Gade, Muhammad
dan Wasif, Said Khaerul. 2005. Akuntansi Keuangan Menengah I, Edisi
Kedua, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Ikatan Akuntan
Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan
Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas
Publik, Salemba Empat,
Jakarta.
Jusuf, Al
Haryono. 2002. Dasar-Dasar Akuntansi, Jilid I, Edisi Keenam, Cetakan
Kelima,
Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Mulyadi. 2005. Sistem
Akuntansi, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta.
Mursyidi. 2003. Akuntansi
Zakat Kontemporer, Edisi I, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Niswonger C.
Rollin, W. Carl S. dan P. E. Fess. 2005. Prinsip-Prinsip Akuntansi,
diterjemahkan
oleh Hyginus Ruswinanto dan Herman Wibowo, Edisi Ke-16,
Erlangga,
Jakarta.
Yadiati, Winwin
dan Ilham Wahyudi. 2006. Pengantar Akuntansi, Cetakan Pertama,
Kencana Prenada
Media Group, Jakarta.
Subscribe to:
Posts (Atom)